Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Durian
A. PENDAHULUAN
Manusia melakukan budidaya tanaman
semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin cepat. Oleh karena itu, penelitian-penelitian
terhadap budidaya tanaman terus dilakukan untuk mendapatkan tanaman unggul,
yakni berproduksi tinggi, responsif terhadap pemupukkan, dan mempunyai
ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit
tanaman menyerang dan merusak usaha budidaya tanaman sehingga mengakibatkan
berkurangnya kualitas dan kuantitas hasil yang diperoleh. Dengan demikian,
perkembangan dunia pertanian tidak pernah lepas dari masalah pengendalian hama
dan penyakit tanaman. Dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman diharapkan
mampu mendapatkan hasil produksi yang optimal dari tanaman yang dibudidayakan.
Pada bahasan kali ini akan dibicarakan
tentang pengendalian hama dan penyakit pada tanaman durian baik itu mengenai
ciri-ciri hama dan penyakit yang menyerang, gejala dan akibat yang
ditimbulkannya pada tanaman durian sampai dengan cara pengendaliannya baik itu
secara alami tanpa bahan kimia dan pestisida atau dengan cara memakai bahan
kimia atau dengan menggunakan pestisida. Namun sebelum itu terlebih dahulu kita
harus tahu apa itu tanaman yang bernama durian tersebut.
Durian merupakan tanaman buah tropis
berupa pohon yang berasal dari Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa
dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan
berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah
"raja dari segala buah" (King of Fruit), dan durian adalah buah yang
kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain muak dengan
aromanya.
Sebutan durian diduga berasal dari
istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi
durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya
berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan
Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke
Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara
sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado),
dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama
durian bukanlah spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga Durio. Namun
demikian, yang dimaksud dengan durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah
Durio zibethinus. Jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala
ditemukan di pasar tempatan di Asia Tenggara di antaranya adalah lai (D.
kutejensis), kerantungan (D. oxleyanus), durian kura-kura atau kekura (D.
graveolens), serta lahung (D. dulcis). Untuk selanjutnya, uraian di bawah ini
mengacu kepada D. zibethinus.
Tanaman durian termasuk famili
Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian adalah
tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia. Ada
puluhan durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri Pertanian dan
disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas durian
tersebut adalah: durian Sukun (Jawa Tengah), Petruk (Jawa Tengah), Sitokong
(Betawi), Simas (Bogor), Sunan (Jepara), Montong (Thailand), Kani (Thailand),
Sidodol (Kalimantan Selatan), Sijapang (Betawi) dan Sihijau (Kalimantan
Selatan).
Berikut dibawah ini adalah sistem klasifikasi pada
tanaman durian :
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :
Plantae
(tidak termasuk) :Eudicots
(tidak termasuk) :
Rosids
Ordo :
Malvales
Famili :
Malvaceae
Genus :
Durio
Spesies :
D. zibethinus
Nama binomial : Durio zibethinus
Manfaat durian selain sebagai makanan
buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:
1) Tanamannya sebagai pencegah
erosi di lahan-lahan yang miring.
2) Batangnya untuk bahan
bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon sebab
kayunya cenderung lurus.
3) Bijinya yang memiliki kandungan
pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat
bubur yang dicampur daging buahnya).
4) Kulit dipakai sebagai bahan abu
gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur.
B. PEMBAHASAN
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Pengendalian hama/penyakit dan gulma
dilakukan secara berkala dengan cara: mengamati OPT seminggu sekali,
mengidentifikasi gejala serangan, jenis OPT dan musuh alaminya. Tentukan ambang
batas pengendalian dengan cara membuat ambang batas yang masih ditolerir.
Tetapkan alternatif pengendalian untuk hama dan penyakit dengan taraf
hayati/biologis, perbaikan tekhik budidaya, membuang bagian tanaman yang
terserang kemudian memusnahkannya dan membuat perangkap untuk hama lalat buah.
Penggunaan pestisida merupakan
alternatif terakhir. Bila melewati ambang batas ekonomi, maka pestisida dapat
digunakan secara berkala. Penggunakan Bio pestisida atau pestisida sebaiknya
terdaftar dan diizinkan, sesuai dengan Daftar Pestisida untuk Pertanian dan
Kehutanan tahun 2003. Catat kegiatan pengendalian hama penyakit pada kartu
kendali.
Hama dan Penyakit yang menyerang pada tanaman durian :
1. Pengendalian Hama pada Tanaman Durian
Hama yaitu hewan atau binatang
pengganggu dan perusak tanaman misalnya serangga molusca dan mamalia.
a) Penggerek Batang ( Batocera nominator, xyleutes
leuconotus, dan zauzera coffeae ).
Kerusakan : menyerang dengan cara
membuat lubang pada batang, dahan, atau ranting tanaman durian. Serangannya di
tandai dengan kotoran dan cairan berwarna merah dari bekas kayu yang di makan
oleh penggerek tersebut, akibatnya tanaman menjadi layu, daun – daun menjadi
kering dan rontok akhirnya tanaman bisa mengalami kematian.
Pengendalian :
(1) Menjaga sanitasi kebun.
(2) Menutup bekal lubang penggerek
dengan kapas yang sudah di beri insektisida sismetik.
(3) Memotong dan memusnahkan
bagian tanaman yang terserang.
(4) Meninjeksi tanaman dengan
insektisida sismetik melalui akar atau dahan.
b) Penggerek Buah ( Tirathaba ruptilinea, hypoperigea
leprosticta, dan Dacus dorsalis ).
Ciri : telur diletakkan pada kulit
buah dan dilindungi oleh jaring-jaring mirip rumah laba-laba. Larva yang telah
menetas dari telur langsung menggerek dan melubangi dinding-dinding buah hingga
masuk ke dalam. Larva tersebut tinggal di dalam buah sampai menjadi dewasa.
Buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua. Penyebaran: serangga
penggerek buah menyebar dengan cara terbang dari pohon durian yang satu ke
pohon lainnya. Serangga penggerek buah ini bertelur pada buah durian yang
dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini dilakukan secara periodik setiap menjelang
musim kemarau.
Kerusakan : menyebabkan buah menjadi
busuk dan kerulat dan akhirnya rontok, buah yang terserang umumnya tidak bisa
di makan. Tirathaba ruptilineaemerusak dengan melubangi kulit durian sampai
daging dan bijinya. Hypoperigea Leprosticta melubangi buah durian untuk mencari
makan sehingga buah busuk dan rontok, dan Dacus dorsalis menyerang buah durian
dengan cara menyuntikan telurnya ke dalam kulit buah sehingga menyebabkan
kebusukan dan kerontokan.
Pengendalian :
(1) Dilakukan dengan insektisida,
seperti Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air.
(2) Menyemprotkan Insektisida
sisitemik sejak buah berumur satu minggu dengan dosis dan interval sesuai
petunjuk di kemasan.
(3) Menggunakan perangkap yang
berbahan aktif methyl eugenol seperti M – antraktan.
c) Lebah Mini
Ciri: hama ini berukuran kecil,
tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan sayapnya bergaris putih lebar. Setelah
lebah menjadi merah violet, ukuran panjangnya menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat
(larva), hama ini menyerang daun-daun durian muda. Selama hama tersebut
mengalami masa istirahat (bentuk kepompong), mereka akan menempel erat pada
kulit buah. Setelah menjadi lebah serangga ini mencari makan dengan cara
menggerek ranting-ranting muda dan memakan daun-daun muda.
Pengendalian :
(1) Menggunakan parvasida, seperti
Hostathion 40 EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide
40 EC dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).
d) Ulat Penggerek Bunga (Prays citry)
Ulat ini menyerang tanaman yang baru
berbunga, terutama bagian kuncup bunga dan calon buah. Ciri: ulat ini warna
tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat, setelah menjadi kupu-kupu berwarna
merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan bertubuh langsing. Gejala: kuncup bunga
yang terserang akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran. Demikian pula,
benang sari dan tajuk bunganya pun rusak semua, sedangkan kuncup dan putik
patah karena luka digerek ulat. Penularan ke tanaman lain dilakukan oleh
kupu-kupu dari hama tersebut.
Pengendalian :
(1) Dengan menyemprotkan obat-obatan
seperti Supracide 40 EC, nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400
gram/liter).
e) Kutu Loncat Durian
Ciri : serangga berwarna kecoklatan
dan tubuhnya diselimuti benang-benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya;
bentuk tubuh, sayap dan tungkainya mirip dengan kutu loncat yang menyerang
tanaman lamtoro. Gejala: kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang
masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga
daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan,
kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata
ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol.
Pengendalian :
(1) Daun dan ranting-ranting yang
terserang dipangkas untuk dimusnahkan.
(2) Pengendalian secara kimia
dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150
gram/5 liter air.
f) Lalat Buah (dacus dorsalis)
Gejala buah menjadi busuk berulat dan
akhirnya rontok. lalat betina yang ujung perutnya runcing mirip lebah. Menaruh
telur dengan cara menyuntikkan ke bagian dalam buah, telur menetas menjadi ulat
dan menyantap daging buah.
Pengendalian cara kultur teknis yaitu :
(1) Sanitasi lingkungan yaitu
pengumpulan buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon.
Kemudian dimusnahkan.
(2) Pengendalian dengan tanaman
perangkap yaitu menanam selasih di sekeliling kebun. Bisa juga dilakukan dengan
pengasapan tidak sampai terbakar ke seluruh bagian tanaman.
(3) Pengendalian mekanik:
Menggunakan perangkap atraktan (metil eugenol. protein hidrolisa. atau selasih)
dalam alat perangkap yang terbuat dari botol bekas air minum yang diberi lubang
untuk masuknya lalat buah.
g) Kutu Putih ( Pseudococus sp.)
Hama ini menyerang dengan mengisap
cairan dan bisa sebagai pembawa penyakit embun jelaga dan penyebaran dibantu
semut. Gejala serangan daun keriting dan merana, sehingga bunga dan buah bisa
rontok.
Pengendalian :
(1) Semprotkan PESTONA atau
PENTANA + AERO 810 secara bergantian.
h) Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria sp.)
Ketiga ulat menyerang dengan cara
memakan daun sehingga berlubang dan rusak.
Pengendalian :
(1) Semprotkan PESTONA atau
PENTANA + AERO 810 secara bergantian.
Berbagai hama telah diamati menyerang
durian, tetapi kerusakannya tampaknya hanya kadang-kadang. Suatu ulat pengebor
buah, Hypoperigea (Plagideicta) lepro.rtricta, memakan biji durian, dan
tampaknya lebih sering terjadi. Mamalia, seperti tikus, babi hutan, dan
beruang, senang sekali memakan buah durian, dan buah-buah yang berjatuhan harus
dikumpulkan setiap pagi agar mengurangi kerugian.
2. Pengendalian Penyakit pada Tanaman Durian
Menurut Heald, penyakit pada tanaman
adalah setiap penyimpangan dari suatu tanaman, baik organ-organnya maupun
bagian-bagian tubuh lainnya, termasuk terhentinya dan terganggunya jalan dari
fungsi-fungsi vital atau terjadi penyimpangan kesehatannya dari keaadaan normal
yang mempunyai akibat kerugian bagi tanaman.
a) Phytopthora parasitica dan Pythium complectens
Penyebab: Pythium complectens, yang
menyerang bagian tanaman seperti daun, akar dan percabangan. Penularan dan
penyebab: penyakit ini menular dengan cepat ke pohon lain yang berdekatan.
Penularan terjadi bila ada akar yang terluka. Penularan terjadi bersama-sama
dengan larutnya tanah atau bahan organik yang terangkut air. Gejala: daun
durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun yang tua, cabang
pohon kelihatan sakit dan ujung-ujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya
tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas permukaan tanah menjadi
coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah
bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke akar tunggang.
Jika dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya
menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
Pengendalian :
(1) upayakan drainase yang baik agar
tanah tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu
hujan.
(2) pohon yang sakit dibongkar
sampai ke akarnya dan dibakar.
(3) pilih bibit durian kerikil untuk
batang bawah karena jenis ini lebih tahan terhadap serangan jamur sehingga
dapat terhindar dari serangan penyakit busuk.
b) Kanker Bercak
Penyebab : Pythium palvimora, terutama
menyerang bagian kulit batang dan kayu. Penyebaran oleh spora sembara bersamaan
dengan butir-butir tanah atau bahan organik yang tersangkut air. Penyebaran
penyakit ini dipacu oleh curah hujan yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur
dapat tumbuh dengan baik pada suhu antara 12-35 derajat C. Gejala: kulit batang
durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit
berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam; bagian yang sakit dapat
meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok dan ranting-ranting muda dari
ujung mulai mati.
Pengendalian :
(1) perbaikan drainase agar air hujan
tidak mengalir dipermukaan tanah dan untuk batang yang sakit.
(2) dilakukan dengan cara memotong
kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit
harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya
difolatan 4 F 3%.
c) Jamur Upas
Gejala : pada cabang-cabang dan kulit
kayu terdapat benang-benang jamur mengkilat seperti sarang laba-laba pada
cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke
dalam kulit dan kayu sehingga menyebabkan matinya cabang.
Pengendalian :
(1) serangan jamur yang masih pada
tingkat sarang laba-laba dapat dikendalikan dengan cara melumasi cabang yang
terserang dengan fungisida, misalnya calizin RM.
(2) jika jamur sudah membentuk kerak
merah jambu, sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kirakira lebih 30 cm ke
bawah bagian yang berjamur.
(3) dengan menyemprotkan Antrocol 70
WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.
d) Penyakit Busuk Akar
1) Penyakit busuk akar, penyakit busuk
pangkal batang, atau kanker-bintik (patch canker), yang disebabkan oleh
Phytophthora palmivora.
Merupakan pembunuh yang ditakuti.
Jamur ini hidup di dalam tanah dan memperlemah pohon dengan cara menginfeksi
akar. Infeksi bagian di atas permukaan tanah juga terjadi, barangkali terutama
disebabkan oleh cipratan partikel-partikel tanah. Pohon durian akan mati jika
infeksi pada pangkal batang lama-lama melukai keliling batang pohon itu.
Pengendalian :
(1)
Untuk
memberantas penyakit ini, pangkal batang diusahakan bebas dari tunas-tunas
lateral setinggi 1 m atau lebih, dan lahan sekitar pohon agar bebas dari gulma.
(2)
Pengairan
hendaknya tidak membasahi pangkal batang atau tanah yang dekat situ, juga air
penyiraman dari satu pohon tidak membasahi pohon lain.
(3)
Semacam
pasta fungisida (sistemik) dicatkan pada pangkal batang durian, dan pohonnya
hendaknya seringkali diperiksa, bagian yang terinfeksi agar dipotong dan bekas
lukanya dibersihkan.
2) Penyakit Busuk Akar yang disebabkan
oleh Pythium vxans dan Jamur Fusarium sp.
Gejala: Bercak nekrotik pada akar
lateral. dimulai dari ujung akar, tanaman akan layu dan mati. Jika dibelah,
pada bagian korteks akan tampak warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan
tampak warna merah muda dengan bercak coklat.
Pengendalian :
(1) Tanaman yang terserang
dimusnahkan dan dibakar.
(2) Bekas lubang tanam ditaburi
kapur + Natural GLIO.
(3) Perbaiki sistem drainase.
(4) Serta sejak awal pakai Natural
GLIO sebagai pencegahan.
Penyakit-penyakit lain, seperti bintik
daun yang disebabkan oleh Colletotrichum spp., Homortegia durionir dan
Phyllorticta durionir, dan busuk buah (Rhizopus sp.), tidak begitu berarti.
e) Penyakit Kanker Batang
Gejala awal penyakit umumnya
timbul pada batang yang memperlihatkan kulit
batang retak/pecah-pecah, dengan
ukuran 5 – 20 cm. Pada gejala lebih lanjut bagian
tersebut mengering dan kulit batang
mengelupas (gejala kanker), sehingga sebagian daun
menguning yang selanjutnya mengering
dan rontok.
Pada gejala lanjut, bagian
mengelupas tersebut dapat melingkari batang yang menyebabkan tanaman mati.
Gejala dapat sampai pada bagian kayu. Menurut gejalanya, penyakit dinamakan penyakit
kanker batang. Penyakit banyak timbul pada kebun yang minim sanitasinya,
dalam kondisi lingkungan yang lembab, terutama pada areal yang sering
kelimpahan banjir sungai pada musim hujan.
Pengendalian :
(1) Dengan sanitasi kebun.
(2) Memperlebar jarak tanam.
(3) Menekan gulma.
(4) Pemangkasan.
(5) Sejak awal sebelum tanam sebarkan
Natural GLIO atau oleskan pada batang yang luka kemudian tutup dengan parafin.
(6) Kerok batang terserang sampai
warna coklat tidak kelihatan kemudian semprot PESTONA + POC NASA.
f) Penyakit Bercak Daun (Jamur Colletotrichum sp.)
Gejala adanya bercak-bercak besar
kering pada daun tanaman yang akhirnya berlubang.
Pengendalian :
(1) Potong daun terserang.
(2) Semprotkan Natural GLIO + POC
NASA sebagai pencegahan gunakan fungisida berbahan aktif tembaga.
g) Penyakit Akar Putih (JamurRigodoporus lignosus)
Daun kuning kemudian coklat sebelum akhirnya
mengerut dan gugur.
Pengendalian :
(1) Buang semua tanaman inang dari
areal kebun.
(2) Gunakan Natural GLIO sebagai
pencegahan.
h) Penyakit Busuk Buah ( Jamur Phytophthora sp.)
Gejala adanya bercak-bercak basah
berwarna coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian busuk dan pada bagian
terserang terbentuk miselium dan sporangia berwarna putih.
Pengendalian :
(1) Gunakan Natural GLIO sebelum
tanam sebagai tindakan pencegahan.
(2) Sanitasi kebun.
Pengendalian secara terpadu (Integrated Pest Management)
Pengendalian secara terpadu
(Integrated Pest Management) yaitu cara pengendalian jasad penggangu tanaman
(hama dan penyakit) dengan menggabungkan satu atau lebih metode ke dalam satu
usaha atau tindakan pengendalian.
Hal ini dilakukan dengan tujuan
meniadakan, mengurangi, atau memusnahkan jasad penggangu pada tanaman, dengan
maksud mengefisienkan, meefektifkan penggunaan teknologi atau metode
pengendalian dengan sarana dan prasarana yang ekonomis, ekologis dan sosoilogis
(dijangkau oleh masyarakat dan tidak menimbulkan keresahan masyarakat).
Komponen-komponen dalam pengendalian
hama dan penyakit secara terpadu (Integrated Pest Management) adalah sebagai
berikut :
1) Menggunakan varietas
resisten
2) Memperbaiki teknik bercocok
tanam atau kultur teknik
3) Memanfaatkan musuh alami
dan secara hayati buatan
4) Melakukan tindakan mekanik
dan fisik
5) Memberlakukan
peraturan-peraturan dan karantina
6) Memakai pestisida atau zat
kimia
Masalah-Masalah dalam Pengendalian Hama dan Penyakit :
1) Masih adanya pengendalian hama dan
penyakit yang menggunakan pestisida yang berlebihan sehingga akan berdampak
negatif bagi lingkungan dalam jangka panjang.
2) Masih adanya ketimpangan antara
hasil yang didapatkan petani dengan biaya upaya untuk pengendalian hama dan
penyakti.
3) Minimnya penggunaan musuh alami
dalam pengendalian hama dan penyakit akibat kurangnya pengetahuan para petani
dan cara pengendalian ini relatif kurang praktis.
4) Sulit menerapkan pengendalian hama
dan penyakti secara genetik karena keterbatasan alat-alat berteknologi yang
mendukung cara genetik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar