Sabtu, 24 September 2011

Hama dan Penyakit Pada Tanaman

Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Durian
 
A. PENDAHULUAN
Manusia melakukan budidaya tanaman semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin cepat. Oleh karena itu, penelitian-penelitian terhadap budidaya tanaman terus dilakukan untuk mendapatkan tanaman unggul, yakni berproduksi tinggi, responsif terhadap pemupukkan, dan mempunyai ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman menyerang dan merusak usaha budidaya tanaman sehingga mengakibatkan berkurangnya kualitas dan kuantitas hasil yang diperoleh. Dengan demikian, perkembangan dunia pertanian tidak pernah lepas dari masalah pengendalian hama dan penyakit tanaman. Dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman diharapkan mampu mendapatkan hasil produksi yang optimal dari tanaman yang dibudidayakan.
Pada bahasan kali ini akan dibicarakan tentang pengendalian hama dan penyakit pada tanaman durian baik itu mengenai ciri-ciri hama dan penyakit yang menyerang, gejala dan akibat yang ditimbulkannya pada tanaman durian sampai dengan cara pengendaliannya baik itu secara alami tanpa bahan kimia dan pestisida atau dengan cara memakai bahan kimia atau dengan menggunakan pestisida. Namun sebelum itu terlebih dahulu kita harus tahu apa itu tanaman yang bernama durian tersebut.
Durian merupakan tanaman buah tropis berupa pohon yang berasal dari Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit), dan durian adalah buah yang kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain muak dengan aromanya.
Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian bukanlah spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga Durio. Namun demikian, yang dimaksud dengan durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah Durio zibethinus. Jenis-jenis durian lain yang dapat dimakan dan kadangkala ditemukan di pasar tempatan di Asia Tenggara di antaranya adalah lai (D. kutejensis), kerantungan (D. oxleyanus), durian kura-kura atau kekura (D. graveolens), serta lahung (D. dulcis). Untuk selanjutnya, uraian di bawah ini mengacu kepada D. zibethinus.
Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia. Ada puluhan durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas durian tersebut adalah: durian Sukun (Jawa Tengah), Petruk (Jawa Tengah), Sitokong (Betawi), Simas (Bogor), Sunan (Jepara), Montong (Thailand), Kani (Thailand), Sidodol (Kalimantan Selatan), Sijapang (Betawi) dan Sihijau (Kalimantan Selatan).
Berikut dibawah ini adalah sistem klasifikasi pada tanaman durian :
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan                      : Plantae
(tidak termasuk)          :Eudicots
(tidak termasuk)          : Rosids
Ordo                            : Malvales
Famili                          : Malvaceae
Genus                         : Durio
Spesies                       : D. zibethinus
Nama binomial : Durio zibethinus
Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:
1) Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
2) Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.
3) Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
4) Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur.


B. PEMBAHASAN
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Pengendalian hama/penyakit dan gulma dilakukan secara berkala dengan cara: mengamati OPT seminggu sekali, mengidentifikasi gejala serangan, jenis OPT dan musuh alaminya. Tentukan ambang batas pengendalian dengan cara membuat ambang batas yang masih ditolerir. Tetapkan alternatif pengendalian untuk hama dan penyakit dengan taraf hayati/biologis, perbaikan tekhik budidaya, membuang bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya dan membuat perangkap untuk hama lalat buah.
Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir. Bila melewati ambang batas ekonomi, maka pestisida dapat digunakan secara berkala. Penggunakan Bio pestisida atau pestisida sebaiknya terdaftar dan diizinkan, sesuai dengan Daftar Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan tahun 2003. Catat kegiatan pengendalian hama penyakit pada kartu kendali.
Hama dan Penyakit yang menyerang pada tanaman durian :
1. Pengendalian Hama pada Tanaman Durian
Hama yaitu hewan atau binatang pengganggu dan perusak tanaman misalnya serangga molusca dan mamalia.
a) Penggerek Batang ( Batocera nominator, xyleutes leuconotus, dan zauzera coffeae ).
Kerusakan : menyerang dengan cara membuat lubang pada batang, dahan, atau ranting tanaman durian. Serangannya di tandai dengan kotoran dan cairan berwarna merah dari bekas kayu yang di makan oleh penggerek tersebut, akibatnya tanaman menjadi layu, daun – daun menjadi kering dan rontok akhirnya tanaman bisa mengalami kematian.
Pengendalian :
(1) Menjaga sanitasi kebun.
(2) Menutup bekal lubang penggerek dengan kapas yang sudah di beri insektisida sismetik.
(3) Memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.
(4) Meninjeksi tanaman dengan insektisida sismetik melalui akar atau dahan.


b) Penggerek Buah ( Tirathaba ruptilinea, hypoperigea leprosticta, dan Dacus dorsalis ).
Ciri : telur diletakkan pada kulit buah dan dilindungi oleh jaring-jaring mirip rumah laba-laba. Larva yang telah menetas dari telur langsung menggerek dan melubangi dinding-dinding buah hingga masuk ke dalam. Larva tersebut tinggal di dalam buah sampai menjadi dewasa. Buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua. Penyebaran: serangga penggerek buah menyebar dengan cara terbang dari pohon durian yang satu ke pohon lainnya. Serangga penggerek buah ini bertelur pada buah durian yang dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini dilakukan secara periodik setiap menjelang musim kemarau.
Kerusakan : menyebabkan buah menjadi busuk dan kerulat dan akhirnya rontok, buah yang terserang umumnya tidak bisa di makan. Tirathaba ruptilineaemerusak dengan melubangi kulit durian sampai daging dan bijinya. Hypoperigea Leprosticta melubangi buah durian untuk mencari makan sehingga buah busuk dan rontok, dan Dacus dorsalis menyerang buah durian dengan cara menyuntikan telurnya ke dalam kulit buah sehingga menyebabkan kebusukan dan kerontokan.
Pengendalian :
(1)  Dilakukan dengan insektisida, seperti Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air.

(2)  Menyemprotkan Insektisida sisitemik sejak buah berumur satu minggu dengan dosis dan interval sesuai petunjuk di kemasan.

(3)  Menggunakan perangkap yang berbahan aktif methyl eugenol seperti M – antraktan.
c) Lebah Mini
Ciri: hama ini berukuran kecil, tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan sayapnya bergaris putih lebar. Setelah lebah menjadi merah violet, ukuran panjangnya menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat (larva), hama ini menyerang daun-daun durian muda. Selama hama tersebut mengalami masa istirahat (bentuk kepompong), mereka akan menempel erat pada kulit buah. Setelah menjadi lebah serangga ini mencari makan dengan cara menggerek ranting-ranting muda dan memakan daun-daun muda.


Pengendalian :
(1) Menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).
d) Ulat Penggerek Bunga (Prays citry)
Ulat ini menyerang tanaman yang baru berbunga, terutama bagian kuncup bunga dan calon buah. Ciri: ulat ini warna tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat, setelah menjadi kupu-kupu berwarna merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan bertubuh langsing. Gejala: kuncup bunga yang terserang akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran. Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat. Penularan ke tanaman lain dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut.
Pengendalian :
(1) Dengan menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40 EC, nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).
e) Kutu Loncat Durian
Ciri : serangga berwarna kecoklatan dan tubuhnya diselimuti benang-benang lilin putih hasil sekresi tubuhnya; bentuk tubuh, sayap dan tungkainya mirip dengan kutu loncat yang menyerang tanaman lamtoro. Gejala: kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol.
Pengendalian :
(1)  Daun dan ranting-ranting yang terserang dipangkas untuk dimusnahkan.
(2)  Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter air.
f) Lalat Buah (dacus dorsalis)
Gejala buah menjadi busuk berulat dan akhirnya rontok. lalat betina yang ujung perutnya runcing mirip lebah. Menaruh telur dengan cara menyuntikkan ke bagian dalam buah, telur menetas menjadi ulat dan menyantap daging buah.
Pengendalian cara kultur teknis yaitu :
(1)  Sanitasi lingkungan yaitu pengumpulan buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon. Kemudian dimusnahkan.
(2)  Pengendalian dengan tanaman perangkap yaitu menanam selasih di sekeliling kebun. Bisa juga dilakukan dengan pengasapan tidak sampai terbakar ke seluruh bagian tanaman.
(3)  Pengendalian mekanik: Menggunakan perangkap atraktan (metil eugenol. protein hidrolisa. atau selasih) dalam alat perangkap yang terbuat dari botol bekas air minum yang diberi lubang untuk masuknya lalat buah.
g) Kutu Putih ( Pseudococus sp.)
Hama ini menyerang dengan mengisap cairan dan bisa sebagai pembawa penyakit embun jelaga dan penyebaran dibantu semut. Gejala serangan daun keriting dan merana, sehingga bunga dan buah bisa rontok.
Pengendalian :
(1) Semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.
h) Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria sp.)
Ketiga ulat menyerang dengan cara memakan daun sehingga berlubang dan rusak.
Pengendalian :
(1)  Semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.
Berbagai hama telah diamati menyerang durian, tetapi kerusakannya tampaknya hanya kadang-kadang. Suatu ulat pengebor buah, Hypoperigea (Plagideicta) lepro.rtricta, memakan biji durian, dan tampaknya lebih sering terjadi. Mamalia, seperti tikus, babi hutan, dan beruang, senang sekali memakan buah durian, dan buah-buah yang berjatuhan harus dikumpulkan setiap pagi agar mengurangi kerugian.
2. Pengendalian Penyakit pada Tanaman Durian
Menurut Heald, penyakit pada tanaman adalah setiap penyimpangan dari suatu tanaman, baik organ-organnya maupun bagian-bagian tubuh lainnya, termasuk terhentinya dan terganggunya jalan dari fungsi-fungsi vital atau terjadi penyimpangan kesehatannya dari keaadaan normal yang mempunyai akibat kerugian bagi tanaman.

a) Phytopthora parasitica dan Pythium complectens
Penyebab: Pythium complectens, yang menyerang bagian tanaman seperti daun, akar dan percabangan. Penularan dan penyebab: penyakit ini menular dengan cepat ke pohon lain yang berdekatan. Penularan terjadi bila ada akar yang terluka. Penularan terjadi bersama-sama dengan larutnya tanah atau bahan organik yang terangkut air. Gejala: daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun yang tua, cabang pohon kelihatan sakit dan ujung-ujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke akar tunggang. Jika dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
Pengendalian :
(1) upayakan drainase yang baik agar tanah tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan.
(2) pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar.
(3) pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah karena jenis ini lebih tahan terhadap serangan jamur sehingga dapat terhindar dari serangan penyakit busuk.
b) Kanker Bercak
Penyebab : Pythium palvimora, terutama menyerang bagian kulit batang dan kayu. Penyebaran oleh spora sembara bersamaan dengan butir-butir tanah atau bahan organik yang tersangkut air. Penyebaran penyakit ini dipacu oleh curah hujan yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada suhu antara 12-35 derajat C. Gejala: kulit batang durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati.
Pengendalian :
(1) perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir dipermukaan tanah dan untuk batang yang sakit.
(2) dilakukan dengan cara memotong kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya difolatan 4 F 3%.
c) Jamur Upas       
Gejala : pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang-benang jamur mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu sehingga menyebabkan matinya cabang.
Pengendalian :
(1) serangan jamur yang masih pada tingkat sarang laba-laba dapat dikendalikan dengan cara melumasi cabang yang terserang dengan fungisida, misalnya calizin RM.
(2) jika jamur sudah membentuk kerak merah jambu, sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kirakira lebih 30 cm ke bawah bagian yang berjamur.
(3) dengan menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.
d) Penyakit Busuk Akar
1) Penyakit busuk akar, penyakit busuk pangkal batang, atau kanker-bintik (patch canker), yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora.
Merupakan pembunuh yang ditakuti. Jamur ini hidup di dalam tanah dan memperlemah pohon dengan cara menginfeksi akar. Infeksi bagian di atas permukaan tanah juga terjadi, barangkali terutama disebabkan oleh cipratan partikel-partikel tanah. Pohon durian akan mati jika infeksi pada pangkal batang lama-lama melukai keliling batang pohon itu.
Pengendalian :
(1)                 Untuk memberantas penyakit ini, pangkal batang diusahakan bebas dari tunas-tunas lateral setinggi 1 m atau lebih, dan lahan sekitar pohon agar bebas dari gulma.
(2)                 Pengairan hendaknya tidak membasahi pangkal batang atau tanah yang dekat situ, juga air penyiraman dari satu pohon tidak membasahi pohon lain.
(3)                 Semacam pasta fungisida (sistemik) dicatkan pada pangkal batang durian, dan pohonnya hendaknya seringkali diperiksa, bagian yang terinfeksi agar dipotong dan bekas lukanya dibersihkan.
2) Penyakit Busuk Akar yang disebabkan oleh Pythium vxans dan Jamur Fusarium sp.
Gejala: Bercak nekrotik pada akar lateral. dimulai dari ujung akar, tanaman akan layu dan mati. Jika dibelah, pada bagian korteks akan tampak warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan tampak warna merah muda dengan bercak coklat.
Pengendalian :
(1)  Tanaman yang terserang dimusnahkan dan dibakar.
(2)  Bekas lubang tanam ditaburi kapur + Natural GLIO.
(3)  Perbaiki sistem drainase.
(4)  Serta sejak awal pakai Natural GLIO sebagai pencegahan.
Penyakit-penyakit lain, seperti bintik daun yang disebabkan oleh Colletotrichum spp., Homortegia durionir dan Phyllorticta durionir, dan busuk buah (Rhizopus sp.), tidak begitu berarti.
e) Penyakit Kanker Batang
Gejala awal penyakit umumnya timbul pada batang yang memperlihatkan kulit
batang retak/pecah-pecah, dengan ukuran 5 – 20 cm. Pada gejala lebih lanjut bagian
tersebut mengering dan kulit batang mengelupas (gejala kanker), sehingga sebagian daun
menguning yang selanjutnya mengering dan rontok.
Pada gejala lanjut, bagian mengelupas tersebut dapat melingkari batang yang menyebabkan tanaman mati. Gejala dapat sampai pada bagian kayu. Menurut gejalanya, penyakit dinamakan penyakit kanker batang. Penyakit banyak timbul pada kebun yang minim sanitasinya, dalam kondisi lingkungan yang lembab, terutama pada areal yang sering kelimpahan banjir sungai pada musim hujan.
Pengendalian :
(1)  Dengan sanitasi kebun.
(2)  Memperlebar jarak tanam.
(3)  Menekan gulma.
(4)  Pemangkasan.
(5)  Sejak awal sebelum tanam sebarkan Natural GLIO atau oleskan pada batang yang luka kemudian tutup dengan parafin.
(6)  Kerok batang terserang sampai warna coklat tidak kelihatan kemudian semprot PESTONA + POC NASA.
f) Penyakit Bercak Daun (Jamur Colletotrichum sp.)
Gejala adanya bercak-bercak besar kering pada daun tanaman yang akhirnya berlubang.
Pengendalian :
(1)  Potong daun terserang.
(2)  Semprotkan Natural GLIO + POC NASA sebagai pencegahan gunakan fungisida berbahan aktif tembaga.
g) Penyakit Akar Putih (JamurRigodoporus lignosus)
Daun kuning kemudian coklat sebelum akhirnya mengerut dan gugur.
Pengendalian :
(1)  Buang semua tanaman inang dari areal kebun.
(2)  Gunakan Natural GLIO sebagai pencegahan.
h) Penyakit Busuk Buah ( Jamur Phytophthora sp.)
Gejala adanya bercak-bercak basah berwarna coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian busuk dan pada bagian terserang terbentuk miselium dan sporangia berwarna putih.
Pengendalian :
(1)  Gunakan Natural GLIO sebelum tanam sebagai tindakan pencegahan.
(2)  Sanitasi kebun.


Pengendalian secara terpadu (Integrated Pest Management)
Pengendalian secara terpadu (Integrated Pest Management) yaitu cara pengendalian jasad penggangu tanaman (hama dan penyakit) dengan menggabungkan satu atau lebih metode ke dalam satu usaha atau tindakan pengendalian.
Hal ini dilakukan dengan tujuan meniadakan, mengurangi, atau memusnahkan jasad penggangu pada tanaman, dengan maksud mengefisienkan, meefektifkan penggunaan teknologi atau metode pengendalian dengan sarana dan prasarana yang ekonomis, ekologis dan sosoilogis (dijangkau oleh masyarakat dan tidak menimbulkan keresahan masyarakat).
Komponen-komponen dalam pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (Integrated Pest Management) adalah sebagai berikut :
1) Menggunakan varietas resisten
2) Memperbaiki teknik bercocok tanam atau kultur teknik
3) Memanfaatkan musuh alami dan secara hayati buatan
4) Melakukan tindakan mekanik dan fisik
5) Memberlakukan peraturan-peraturan dan karantina
6) Memakai pestisida atau zat kimia

Masalah-Masalah dalam Pengendalian Hama dan Penyakit :
1) Masih adanya pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan pestisida yang berlebihan sehingga akan berdampak negatif bagi lingkungan dalam jangka panjang.
2) Masih adanya ketimpangan antara hasil yang didapatkan petani dengan biaya upaya untuk pengendalian hama dan penyakti.
3) Minimnya penggunaan musuh alami dalam pengendalian hama dan penyakit akibat kurangnya pengetahuan para petani dan cara pengendalian ini relatif kurang praktis.
4) Sulit menerapkan pengendalian hama dan penyakti secara genetik karena keterbatasan alat-alat berteknologi yang mendukung cara genetik ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar